Senin, 26 Oktober 2009

Tsunami Waves Reasonably Likely To Strike Israel, Geo-archaeological Research Suggests


"There is a likely chance of tsunami waves reaching the shores of Israel," says Dr. Beverly Goodman of the Leon H. Charney School of Marine Sciences at the University of Haifa following an encompassing geo-archaeological study at the port of Caesarea. "Tsunami events in the Mediterranean do occur less frequently than in the Pacific Ocean, but our findings reveal a moderate rate of recurrence," she says.

Dr. Goodman, an expert geo-archaeologist, exposed geological evidence of this by chance. Her original intentions in Caesarea were to assist in research at the ancient port and at offshore shipwrecks.

"We expected to find the remains of ships, but were surprised to reveal unusual geological layers the likes of which we had never seen in the region before. We began underwater drilling assuming that these are simply local layers related to the construction of the port. However, we discovered that they are spread along the entire area and realized that we had found something major," she explains.

Geological drilling -- in areas of 1-3 meters in length and at various depths -- enabled Dr. Goodman to date the underwater layers using two methods: carbon-14 dating and OSL (optically stimulated luminescence). She found evidence of four tsunami events at Caesarea: in 1500 BC, 100-200 CE, 500-600 CE, and 1100-1200 CE.

In an article published by the Geological Society of America, Dr. Goodman explains that the earliest of these tsunamis resulted from the eruption of the Santorini volcano, which affected the entire Mediterranean region. The later, more local tsunami waves, Dr. Goodman assumes, were generated by underwater landslides caused by earthquakes. "'Local' does not necessarily imply 'small'. These could have been waves reaching 5 meters high and as far as 2 km onshore. Coastal communities within this range would have undoubtedly been severely damaged from such a tsunami. While communities onshore clear the ground after such an event and return to civilization, tsunami evidence is preserved under the water," she explains.

Source : Science Daily



Sabtu, 24 Oktober 2009

Mengapa Perasaan Negatif dan Pesimis Menghampiri Anda?

Bagaimana mungkin aku bisa? Kenapa pekerjaan ini begitu sulit? Mungkin itu hanya sepenggal kata yang sering diucapkan banyak orang yang merasa bahwa dirinya itu lemah, tidak mampu berbuat lebih, dan selalu dibayangi kegagalan. Lebih sederhana lagi, semua persaan itu dapat dikatakan sebagai sikap pesimis pribadi kita.

Mengapa sikap pesimis atau negatif tersebut melekat kepada pribadi seseorang? Menurut para ahli psikologi, ada beberapa hal yang meyebabkan sesorang itu cenderung pesimis, diantaranya adalah:
  • Mengalami suatu tragedi yang luar biasa dimasa lalu dan belum bisa menerima atau melupakan tragedi atau kesedihan tersebut sepenuhnya.
  • Memiliki ketidakmampuan permanen yang mencegah menikmati kehidupan secara penuh.
  • Mengalami berbagai kegagalan baik di sekolah, pekerjaan, keluarga, atau hubungan persahabatan yang menunjukkan kegagalan dalam banyak hal.
  • Pernah dan sampai saat ini masih dipandang sebelah mata oleh keluarga, selalu berjuang keras agar keluarga mendengar pendapat kita.
  • Merasa bersalah atas kesalahan atau dosa di masa lalu, yang kemudian telah membuat kemampuan melihat harapan dan kasih sayang seolah-olah buta.
  • Tidak mau menerima pemikiran, perasaan, dan tindakan.
  • Keras kepala dan tidak ingin menerima bantuan dari orang lain yang ingin menunjukkan cara yang lebih baik dan optimistik dalam menjalani kehidupan.
  • Malas dan menyadari bahwa untuk berubah dibutuhkan banyak waktu, tenaga, dan usaha.
  • Menyukai menjadi pusat perhatianwalau dalam bentuk perhatian negatif sekali pun.
  • Menolak disalahkan.
  • Memandang orang yang diajak berkomunikasi adalah orang bodoh atau tak rasioanal karena itu tidak akan mempercayai cara dan pendapat orang tersebut.
  • Tidak pernah mengalami kebahagian, kesenangan, dan kepuasan.
  • Tidak pernah mendapat pengakuan dari orang penting dalam kehidupan.
  • Selalu diingatkan akan kesalahan, kekurangan, dan kegagalan.
  • Menyerahkan diri kepada kekuasaan orang lain karena merasa diri dan masa depan tidak ada harapan.
  • Tidak melakukan langkah untuk meningkatkan nilai dan harga diri.
  • Selalu memberikan gambaran diri negatif pada diri sendiri.
Hal-hal diatas lah yang sering menghambat kemampuan seseoran untuk selalu berpikir positif. Perasaan negatif tidak dapat dipelihara lama-lama dalam diri kita, seseorang yang selalu diselimuti persaan negatif hanya akan menyisahkan masalah pada diri sendiri dan orang lain. Lalu bagaimana cara untuk mengatasi perasaan pesimis atau negatif tersebut? topik ini akan dibahas di artikel selanjutnya.


Selasa, 13 Oktober 2009

Gempa Mahadasyat Bukan Ancaman Buat Rumah Panggung?

Tidak dapat dipungkiri bahwa gempa bumi adalah sebuah fenomena alam yang sering membawa malapetaka kepada umat manusia. Jutaan nyawa manusia telah menjadi korban akibat kedasyatan gempa bumi. Bahkan, meyebabkan lenyapnya peradaban manusia. Bencana gempa merupakan fenomena alam yang tidak seorangpun manusia dapat memastikan kapan tibanya suatu gempa. sampai dengan awal abad ke-21 para ilmuwan belum mampu menemukan suatu alat yang dapat memastikan kapan gempa akan terjadi.

Para ahli telah mencatat lebih dari l4 kali gempa dasyat telah terjadi di seluruh belahan bumi. Pada tahun 1960, gempa mahadasyat telah memporak-porandakan chile setelah guncangan 9.5 mangitudo yang terjadi saat itu. Berikut ini daftar gempa terdasyat sejak 1990 yang pernah dicatat oleh para ahli.

1. Chile, pada tanggal 22 o5 1960, dengan mangitudo 9.5
2. Prince William Sound,Alaska, pada tanggal 28 03 1964, dengan mangitudo 9.2
3. Off the West Coast of Northern,Sumatra, pada tanggal 29 12 2004 9.1
4. Kamchatka, pada tanggal 04 11 1952, dengan mangitudo 9.0

5. Off the Coast, of Ecuador, pada tanggal 01 31 1906, dengan mangitudo 8.8
6. Rat Islands, Alaska, pada tanggal 04 02 1965, dengan mangitudo 8.7
7. Northern Sumatra, Indonesia, pada tanggal 28 03 2005, dengan mangitudo 8.6
8. Assam - Tibet, pada tanggal 15 08 1950, dengan mangitudo 8.6
9. Andreanof Islands, Alaska, pada tanggal 03 09 1957, dengan mangitudo 8.6
10. Southern Sumatra,Indonesia, pada tanggal 12 09 2007, dengan mangitudo 8.5
11. Banda Sea, Indonesia, pada tanggal 01 02 1938,dengan mangitudo 8.5
12. Kamchatka, pada tanggal 03 02 1923, dengan mangitudo 8.5
13. Chile-Argentina Borde, pada tanggal 11 11 1922, dengan mangitudo 8.5
14. Kuril Islands, pada tanggal 13 10 1963, dengan mangitudo 8.5

Dari data diatas dapat disimpulkan negara Indonesia adalah negara yang paling sering terkena gempa dengan mangitude diatas 8. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia merupakan jalur pertemuan tiga lempeng tektonik besar dunia yaitu, lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan lempeng Pasific. Tidak dapat dibayangkan bagaimana Indonesia sanggup bertahan dengan guncangan gempa dasyat tersebut. Walaupun hal ini telah sering terjadi, ternyata banyak masyarakat Indonesia yang tidak pernah belajar dari pengalaman. Seringkali masyrakat Indonesia harus menderita karena bencana gempa. Rumah hancur, harta benda hilang, cacat fisik, trauma, bahkan banyak yang tewas karena bencana gempa yang sering melanda.

Hunian masyarakat Indonesia yang dulunya kebanyakan dalam bentuk rumah panggung perlahan-lahan telah ditinggalkan para generasi kini. Masyarakat Indonesia tidak menyadari bahwa rumah panggung yang merupakan warisan dari leluhur adalah peninggalan yang sangat berharga. Kearifan leluhur telah terabaikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa rumah panggunglah hunian yang paling sesuai buat masyarakat Indonesia sebagai daerah yang rawan gempa. Entah karena kebetulan atau karena pengalaman yang panjang akan bencana gempa atau karena ada nilai budaya yang tinggi para leluhur membangun rumah panggung. Luar biasa memang, berkali-kali gempa dasyat terjadi di Indonesia hampir tidak pernah ditemui rumah panggung yang hancur terkena gempa walaupun sangat dekat dengan titik gempa. Setelah diteliti para ahli ternyata rumah panggung yang perlahan-lahan ditinggalkan sebagian besar masyarakat indonesia itu tahan dengan gempa sampai mangitudo 10. Tidak dapat dibayangkan apa yang terjadi dengan indonesia jika terjadi gempa sedasyat itu.

Ilmu Arsitektur juga telah berkembang dengan sangat pesat. Akan sangat berguna jika para arsitek kembali menggunakan konsep rumah panggung buat masyarakat Indonesia dengan design yang lebih modern pula. Kedepannya lagi Indonesia harus lebih tanggap terhadap bencana gempa bumi. Jangan sampai peristiwa Gempa bumi Aceh yang disertai tsunami dan gempa bumi Padang yang telah merenggut banyak jiwa terulang kembali.



KANKER BISA DISEMBUHKAN UPAYAKAN DATANG SEDINI MUNGKIN

Pendapat bahwa kanker tidak bisa disembuhkan saat ini salah, yang benar adalah kanker bisa disembuhkan dengan catatan bahwa berupayalah datang sedini mungkin. Perlu ditekankan di sini bahwa penderita kanker tidak perlu terburu berobat ke luar negeri oleh karena semua fsilitas penanggulangan kanker ada di Indonesia khususnya di Surabaya. Untuk mencegah kanker perlu diperhatikan hidup sehat menghindari kanker ialah sebagai berikut : Makan bergizi, empat sehat lima sempurna, Olahraga, Hati senang, pikiran tenang (menyanyi), Berdoa, Menghindari bahan-bahan carcinogenic, dan Melakukan General Medical Check Up dan Check up kanker secara rutin dan berkesinambungan.

Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan untuk diagnosis kanker ialah Biopsi jaringan, Fine needle aspiration biopsy, pemeriksaan Darah, OSCOPY (Laryngoscopy, Bronchoscopy, Gastroscopy Colonoscopy, Sigmoidoscopy, Cytoscopy, Nasendoscopy, Mediastinoscopy, Colposcopy, Laparoscopy), dan Imaging (X-Ray, Scan, MRI, USG, Isotope Scan).

Tujuan pengobatan kanker adalah kuratif (menyembuhkan terutama untuk statium 1 & 2), Paliatif (menigkatkan kualitas hidup terutama untuk stadium 3 & 4). INGAT!! Periksalah sedini mungkin dan kanker Anda akan secepatnya bisa disembuhkan dengan cara melakukan General Medical Check Up Prodia dan Check Up Kanker.
(Prof. Dr. Boediwarsono, Sp.PD - KHOM, PGD-PallMed (ECU))

Source: Infokanker.com

Seberapa Besar Risiko Oral Seks?

Banyak ditemui hubungan oral seks di antara para remaja yang sedang pacaran. Tak jarang, hubungan ini juga mengantar mereka sampai ke hubungan seksual.

Tanpa dukungan edukasi seks yang baik, tak jarang penyakit seperti gonorrhea, sifilis, herpes, bahkan HIV bakal menyerang. Karena itu, perlu ada pemahaman yang benar mengenai hal ini.

Oral pada penis

Secara teori, oral seks berisiko menularkan penyakit tertentu bagi pasangan karena bisa terinfeksi akibat cairan yang keluar sebelum ejakulasi (pre-ejakulasi) maupun oleh sperma yang masuk.

Jika saat itu ada luka terbuka di mukosa mulut, meski kecil dan tidak terlihat, bisa menyebabkan risiko penularan infeksi menular seksual karena luka terbuka ini adalah jalan masuk virus atau bakteri ke dalam aliran pembuluh darah.

Meskipun risiko ini lebih kecil dibandingkan dengan anal atau vaginal seks, pada beberapa kasus, penularan HIV tetap bisa terjadi akibat oral seks meski pasangan tidak ejakulasi.

Oral pada vagina
Hal yang sama juga bisa terjadi bila oral seks dilakukan pada wanita. Risiko penularan HIV bisa terjadi karena cairan vagina yang terinfeksi dan juga darah bisa saja masuk ke mulut.

Penularan juga bisa terjadi bila terdapat luka kecil di mulut pasangan yang sedang melakukan oral terinfeksi penyakit menular seksual dan ada luka kecil yang tidak disadari atau iritasi ringan dalam vagina.

Penularan HIV pada oral seks memang lebih rendah dibandingkan dengan anal dan vaginal seks akan, tetapi pada beberapa kasus, penularan melalui oral seks dengan vagina telah terbukti ada.

oleh dr. Intan Airlina Febiliawanti

Senin, 12 Oktober 2009

Mengatasi Amarah yang Berkecamuk

Semua orang pasti pernah merasakan saat dimana berada dalam amarah tingkat tinggi. Kadang amarah yang berkecamuk itu tidak menentu kapan datang dan hadirnya. Sudah tentu sebagai manusia kita kadang lepas kendali dan mengeluarkan amarah kita yang tanpa kita sadari telah banyak melukai perasaan orang disekitar kita. Agar semua itu tidak berlangsung terus-menerus, berikut ini ada tips buat mengatasi amarah.

1. Bersantailah dengan cara mengambil nafas dalam-dalam dan tenang serta renggangkan otot.
  • Tarik napas dalam-dalam dan berbicaralah dalam hati sesering mungkin dengan mengucapkan kata "santai" hingga perasaan menjadi sedikit tenang
  • Berusahalah untuk tidak melakukan apapun saat Anda masih diliputi amarah.
  • Hindari kata-kata atau tindakan yang pada saat itu "sedang panas". Contohnya, saat itu amarah anda sedang berkecamuk karena di PHK cobalah untuk tidak membicarakan keburukan-keburukan anda di pekerjaan. Cobalah untuk memikirkan rencana Anda kedepannya.
2. Kenali hal apa yang memicu amarah Anda.
  • Apakah itu hanya berupa imajinasi?
  • Apakah itu karena peristiwa tertentu, orang tertentu, atau situasi tertentu?
3. Gunakanlah pendekatan yang lebih rasional untuk "berpikir dan menelaah kembali" apa yang sedang terjadi serta mengapa Anda marah.
  • Apakah ini merupakan peristiwa pemicu yang berkaitan dengan kebencian dan amarah terpendam saya?
  • Apa dan bagaimana sesuatu yang berkaitan dengan masa lalu saya menyebabkan amarah saya?
  • Apa yang sesengguhnya menyebabkan saya marah?
  • Mungkinkah orang yang memicu amarahku ini sedang dalam keadaan bad mood atau perlu pemahaman lebih dari saya?
  • Apa yang perlu diubah disini?
  • Alternatif apa yang dapat saya lakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik untuk mengatasi situasi ini?
  • Alternatif apa yang dapat saya lakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik untuk mengatasi situasi ini?
4. Saat berada dalam pemikiran yang lebih "jernih" tentang apa yang sedang terjadi, ambil langkah untuk mengubah situasi yang dapat memicu amarah.
  • Perjelas perasaan Anda mengenal situasi tersebut.
  • berikan perhatian ekstra pada masalah-masalah yang memberikan perhatian lebih.
  • Identifikasi bagaimana orang-orang tertentu bisa memicu perasaan amarah Anda.
  • Identifikasi apa saja amarah terpendam, kebencian, permusuhan, atau depresi pada diri Anda.
  • Masukkan beberapa humor dalam situasi tersebut untuk meredakan persaan amarah atau permusuhan pada diri Anda.
Cara ini telah dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi menjadi lebih kompleks lagi untuk membantu para penderita depresi berat dan mereka yang mudah emosi. Cara ini sangat membantu bagi kebanyakan orang yang sangat rentan dengan emosi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan cara-cara seperti ini memang sangat efektif untuk meredakan amarah.

New Strategy For Mending Broken Hearts?


By mimicking the way embryonic stem cells develop into heart muscle in a lab, Duke University bioengineers believe they have taken an important first step toward growing a living "heart patch" to repair heart tissue damaged by disease.

This immunofluorescence staining image shows the cardiomyocytes in green and the fibroblasts interspersed around them in red. The cells are aligned around the central pore. (Credit: Brian Liau)

In a series of experiments using mouse embryonic stem cells, the bioengineers used a novel mold of their own design to fashion a three-dimensional "patch" made up of heart muscle cells, known as cardiomyocytes. The new tissue exhibited the two most important attributes of heart muscle cells -– the ability to contract and to conduct electrical impulses. The mold looks much like a piece of Chex cereal in which researchers varied the shape and length of the pores to control the direction and orientation of the growing cells.

The researchers grew the cells in an environment much like that found in natural tissues. They encapsulated the cells within a gel composed of the blood-clotting protein fibrin, which provided mechanical support to the cells, allowing them to form a three-dimensional structure. They also found that the cardiomyocytes flourished only in the presence of a class of "helper" cells known as cardiac fibroblasts, which comprise as much as 60 percent of all cells present in a human heart.

"If you tried to grow cardiomyocytes alone, they develop into an unorganized ball of cells," said Brian Liau, graduate student in biomedical engineering at Duke's Pratt School of Engineering. Liau, who works in the laboratory of assistant professor Nenad Bursac, presented the results of his latest experiments during the annual scientific sessions of the Biomedical Engineering Society in Pittsburgh.

"We found that adding cardiac fibroblasts to the growing cardiomyocytes created a nourishing environment that stimulated the cells to grow as if they were in a developing heart," Liau said. "When we tested the patch, we found that because the cells aligned themselves in the same direction, they were able to contract like native cells. They were also able to carry the electrical signals that make cardiomyocytes function in a coordinated fashion."

"The addition of fibroblasts in our experiments provided signals that we believe are present in a developing embryo," Liau said. The need for helper cells is not uncommon in mammalian development. For example, he explained, nerve cells need "sheathe" cells known as glia in order to develop and function properly.


Bursac believes that the latest experiments represent a proof-of-principle advance, but said there are still many hurdles to overcome before such patches could be implanted into humans with heart disease.

"While we were able to grow heart muscle cells that were able to contract with strength and carry electric impulses quickly, there are many other factors that need to be considered," Bursac said. "The use of fibrin as a structural material allowed us to grow thicker, three-dimensional patches, which would be essential for the delivery of therapeutic doses of cells. One of the major challenges then would be establishing a blood vessel supply to sustain the patch."

The researchers plan to test their model using non-embryonic stem cells. For use in humans, this is important for many reasons, both scientifically and ethically, Bursac said. Recent studies have demonstrated that some cells from human adults have the ability to be reprogrammed to become similar to embryonic stem cells.

"Human cardiomyocytes tend to grow a lot slower than those of mice," Bursac said. "Since it takes nine months for the human heart to complete development, we need to find a way to get the cells to grow faster while maintaining the same essential properties of native cells."

If they could use a patient's own cells, the patch would also evade an immune system reaction, Bursac added.

The research was supported by National Institutes of Health, the National Heart Lung Blood Institute and Duke's Stem Cell Innovation program. Other Duke members of the research team were Weining Bian and Nicolas Christoforou.



Source: Science Daily

Minggu, 11 Oktober 2009

New Technology Detects Chemical Weapons In Seconds


Scientists at Queen's University Belfast are developing new sensors to detect chemical agents and illegal drugs which will help in the fight against the threat of terrorist attacks.

The devices will use special gel pads to 'swipe' an individual or crime scene to gather a sample which is then analysed by a scanning instrument that can detect the presence of chemicals within seconds. This will allow better, faster decisions to be made in response to terrorist threats.

Preparation of a solution of sensor nanoparticles. (Credit: Image courtesy of Engineering and Physical Sciences Research Council)

The scanning instrument will use Raman Spectroscopy which involves shining a laser beam onto the suspected sample and measuring the energy of light that scatters from it to determine what chemical compound is present. It is so sophisticated it can measure particles of a miniscule scale making detection faster and more accurate.

Normally this type of spectroscopy is not sensitive enough to detect low concentrations of chemicals, so here the sample is mixed with nanoscale silver particles which amplify the signals of compounds allowing even the smallest trace to be detected.

Dr Steven Bell from Queen's University Belfast who is leading the research said:

"Although we are still in the middle of the project we have finished much of the preliminary work and are now at the exciting stage where we put the various strands together to produce the integrated sensor device. For the future, we hope to be able to capitalise on this research and expand the range of chemicals and drugs which these sensors are able to detect.
"It is hoped the new sensors will also be the basis for developing 'breathalyzer' instruments that could be of particular use for roadside drugs testing in much the same way as the police take breathalyzer samples to detect alcohol.

At present, police officers are only able to use a Field Impairment Test to determine if a person is driving under the influence of drugs. The accuracy of this method has been questioned because of concerns that it is easy to cheat.

To ensure the technology is relevant, senior staff members from FSNI (Forensic Science Northern Ireland) will give significant input into the operational aspects of the technology and give feedback as to how it might be used in practice by the wider user community.

Stan Brown, Chief Executive of FSNI said:

"We consider the work being carried out by researchers at Queen's University extremely important and potentially very useful in driving forward the effectiveness, efficiency and speed of forensic science practice. The combination of leading edge research and hands-on experience of FSNI's practitioners has already proven very fruitful and is likely to lead to significant developments in forensic methodologies across a range of specialisms."

In the future this technology could have a number of important applications and according to Dr Bell: "There are numerous areas, from medical diagnostics to environmental monitoring, where the ability to use simple field tests to detect traces of important indicator compounds would be invaluable.

Source: Science Daily

Kriteria yang Dibutuhkan Dalam pemeringkatan Bank

Banyak masyarakat awam yang terkadang bingung kenapa terkadang Bank X mengklaim dirinya sebagai bank terbaik. Jika melihat iklan di berbagai media banyak bank yang mengkalim diri sebagai bank terbaik karena memberikan bunga deposito yang tinggi dan bunga kredit pinjaman yang rendah. Padahal dibalik semua itu ada beberapa hal yang sebenarnya dijadikan kriteria dalam pemberian predikat bank terbaik. Adapaun kriteria yang biasanya digunakan dalam pemeringkatan suatu bank adalah:

1. CAR (Capital Adequacy Ratio)
Menunjukkan rasio kecukupan modal perbankan. Rasio CAR merupakan perbandingan antara modal dengan ATMR (aktiva tertimbang menurut risiko)

2. NPL (Non Performing Loan)
Perbandingan antara kredit bermasalah dengan kredit yang disalurkan bank kepada nasabah

3. ROA (Return on Asset)
Perbandingan antara laba bersih dengan total aset bank

4. ROE (Return on Equity)
Perbandingan antara laba bersih dengan total ekuitas bank

5. LDR (Loan to Deposit Ratio)
Perbandingan antara kredit dan pinjaman yang diberikan dengan dana masyarakat


6. NIM (Net Interest Margin)
Selisih antara bunga kredit dan bunga deposito/ tabungan dikurangi biaya operasional

7. BOPO (Beban Operasional Pendapatan Operasioanal)
perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional

8. Pertumbuhan Pendapatan Operasional
Pertumbuhan pendapatan bunga

9. Pertumbuhan Pendapatan Non Bunga
Pertumbuhan pendapatan operasional lain

10. Pertumbuhan Laba Operasional

11. Pertumbuhan Kredit

12. Rasio Utilisasi Kredit
Perbandingan antara kredit yang diberikan dengan total kredit yang diberikan plus kredit yang belum ditarik

Semua kriteria diatas diukur berdasarkan tahun sebelumnya. Misalnya, jika ingin memilih bank terbaik untuk tahun 2009, maka data yang digunakan adalah tahun 2008 dan/atau tahun 2007-2008 untuk pertumbuhan pendapatan operasional, non bunga, pertumbuhan laba operasi, dan pertumbuhan kredit. Jika kriteria diatas dimiliki oleh suatu bank dengan predikat "A-B" barulah bank tersebut layak mengklaim sebagai yang terbaik. Banyak dana masyarakat yang lenyap dibawa kabur oleh pemilik bank karena terlilit utang, kredit macet, dan lain sebagainya yang mengakibatkan bank tersebut dilikuidasi oleh pihak yang berwenang, seperti kasus Bank Century dan Bank Bali. Ada baiknya nasabah mengetahui seberapa sehat suatu bank agar nantinya dana deposito yang ditabung disuatu Bank tidak lenyap. Caranya cukup mudah hanya perlu mengetahui

Tipe- Tipe Manusia di Pasar Modal

Banyak para pakar yang telah lama mengamati tentang tipologi para pemain di pasar modal dimana nantinya dapat diharapkan menjadi suatu penutan bagi para investor. Adapun kelima tipe itu adalah:

1. Petualang (Adventurer)
Investor tipe ini sangat berani mengambil risiko, dan tidak mengindahkan saran-saran penasehat keuangan. Kemungkinan dia berbuat kesalahan sangat besar.

2. Selebriti (Celebrity)
Umumnya mereka memiliki ciri ingin menjadi panutan bagi orang lain. Orang tipe seperti ini tidak peduli untung dan rugi, yang penting orang meniru pada apa yang dia lakukan.

3. Pemain Sendiri (Individualist)
Memilki kebiasaan bekerja sendiri tidak ikut-ikut orang lain. Dia menganalisis kondisi pasar sendiri, dia berkecendrungan menghindari pengambilan keputusan yang berisiko tinggi, namun ia bersedia menerima investasi yang berisiko sedang (moderat).

4. Hati-Hati (Guardians)
Investor dalam kategori ini cenderung sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi dan menjual investasinya. Orang tipe ini memanfaatkan penasihat keuangan sebagai mitra dalam menganalisis pasar. Mereka tidak menyalahkan penasihat keuangan kalau Investasi gagal.

5. Tidak Menentu (Straight Arrows)
Aneh, itulah kata yang lazim dilekatkan bagi para investor tipe yang terakhir ini. Mereka memiliki perilaku yang tidak menentu dalam berinvestasi dan menjual investasinya. Orang tipe ini kadang-kadang sangat berani mengambil risiko, kadang-kadang sangat tidak berani. Kadang -kadang tidak terpengaruh perilaku orang lain, kadang-kadang ia malah ikutan dengan apa yang dilakukan orang lain. Kalau orang lain membeli saham, dia juga ikut membeli, dan kalau orang lain menjual sahamnya pun ikut dijual juga.

Semua tipe itu merupakan suatu referensi bagi para investor untuk mengevaluasi diri termasuk kedalam tipe yang mana. Ada baiknya bagi investor baru untuk memilih tipe guardians yang biasanya lebih hati-hati dalam berinvestasi, dan lebih kecil peluangnya mengalami kerugian.

3-D Structure Of Human Genome: Fractal Globule Architecture Packs Two Meters Of DNA Into Each Cell


Scientists have deciphered the three-dimensional structure of the human genome, paving the way for new insights into genomic function and expanding our understanding of how cellular DNA folds at scales that dwarf the double helix.

Researchers have found that the genome adopts a "fractal globule" organization, enabling the cell to pack DNA incredibly tightly while avoiding the knots and tangles that might interfere with the cell's ability to read its own genome. (Credit: Image by Bang Wong, Broad Institute)

in a paper featured this week on the cover of the journal Science, they describe a new technology called Hi-C and apply it to answer the thorny question of how each of our cells stows some three billion base pairs of DNA while maintaining access to functionally crucial segments. The paper comes from a team led by scientists at Harvard University, the Broad Institute of Harvard and MIT, University of Massachusetts Medical School, and the Massachusetts Institute of Technology.

"We've long known that on a small scale, DNA is a double helix," says co-first author Erez Lieberman-Aiden, a graduate student in the Harvard-MIT Division of Health Science and Technology and a researcher at Harvard's School of Engineering and Applied Sciences and in the laboratory of Eric Lander at the Broad Institute. "But if the double helix didn't fold further, the genome in each cell would be two meters long. Scientists have not really understood how the double helix folds to fit into the nucleus of a human cell, which is only about a hundredth of a millimeter in diameter. This new approach enabled us to probe exactly that question."

The researchers report two striking findings. First, the human genome is organized into two separate compartments, keeping active genes separate and accessible while sequestering unused DNA in a denser storage compartment. Chromosomes snake in and out of the two compartments repeatedly as their DNA alternates between active, gene-rich and inactive, gene-poor stretches.

"Cells cleverly separate the most active genes into their own special neighborhood, to make it easier for proteins and other regulators to reach them," says Job Dekker, associate professor of biochemistry and molecular pharmacology at UMass Medical School and a senior author of the Science paper. Second, at a finer scale, the genome adopts an unusual organization known in mathematics as a "fractal." The specific architecture the scientists found, called a "fractal globule," enables the cell to pack DNA incredibly tightly -- the information density in the nucleus is trillions of times higher than on a computer chip -- while avoiding the knots and tangles that might interfere with the cell's ability to read its own genome. Moreover, the DNA can easily unfold and refold during gene activation, gene repression, and cell replication.

"Nature's devised a stunningly elegant solution to storing information -- a super-dense, knot-free structure," says senior author Eric Lander, director of the Broad Institute, who is also professor of biology at MIT, and professor of systems biology at Harvard Medical School.

In the past, many scientists had thought that DNA was compressed into a different architecture called an "equilibrium globule," a configuration that is problematic because it can become densely knotted. The fractal globule architecture, while proposed as a theoretical possibility more than 20 years ago, has never previously been observed.

Key to the current work was the development of the new Hi-C technique, which permits genome-wide analysis of the proximity of individual genes. The scientists first used formaldehyde to link together DNA strands that are nearby in the cell's nucleus. They then determined the identity of the neighboring segments by shredding the DNA into many tiny pieces, attaching the linked DNA into small loops, and performing massively parallel DNA sequencing.

"By breaking the genome into millions of pieces, we created a spatial map showing how close different parts are to one another," says co-first author Nynke van Berkum, a postdoctoral researcher at UMass Medical School in Dekker's laboratory. "We made a fantastic three-dimensional jigsaw puzzle and then, with a computer, solved the puzzle."

Lieberman-Aiden, van Berkum, Lander, and Dekker's co-authors are Bryan R. Lajoie of UMMS; Louise Williams, Ido Amit, and Andreas Gnirke of the Broad Institute; Maxim Imakaev and Leonid A. Mirny of MIT; Tobias Ragoczy, Agnes Telling, and Mark Groudine of the Fred Hutchison Cancer Research Center and the University of Washington; Peter J. Sabo, Michael O. Dorschner, Richard Sandstrom, M.A. Bender, and John Stamatoyannopoulos of the University of Washington; and Bradley Bernstein of the Broad Institute and Harvard Medical School.

This work was supported by the Fannie and John Hertz Foundation, the U.S. Department of Defense, the National Science Foundation, the National Space Biomedical Research Institute, the National Human Genome Research Institute, the American Society of Hematology, the National Heart, Lung, and Blood Institute, the National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, the Keck Foundation, and the National Institutes of Health.

Source : Science Daily


Jumat, 09 Oktober 2009

Perubahan Iklim Membuat Gempa Menjadi Lebih Dahsyat

JAKARTA, KOMPAS.com — Jauh dari gambaran lembut seperti dilukiskan mitologi-mitologi kuno, Dewi Pertiwi sesungguhnya gampang senewen dan meledak-ledak.

Dia begitu peka sehingga sedikit saja cuaca dan iklim berubah, maka tercabiklah kerak bumi, dan keluarlah letusan vulkanik, gempa bumi dan longsor yang semuanya dahsyat.

Pernyataan itu bukan dari pendongeng, melainkan kesimpulan sejumlah ilmuwan yang pertengahan September 2009 berkumpul di London, Inggris, pada satu konferensi bertajuk "Climate Forcing of Geological and Geomorphological Hazards"

Para ilmuwan itu menilai perubahan iklim bisa merusak keseimbangan planet Bumi, kemudian menghadiahi manusia dengan rangkaian bencana geologis.

Sudah lama diketahui bahwa antara iklim dan pergerakan kerak bumi saling berkaitan, namun baru kini ditegaskan bahwa betapa pekanya lapisan bumi terhadap udara, es dan air di atasnya.

"Anda tak perlu perubahan besar-besaran untuk memancing respons kerak bumi," kata Bill McGuire dari University College London (UCL), ketua konferensi ilmuwan itu.

Simon Dya dari Universitas Oxford, serta McGuire dan Serge Guillas dari UCL, memaparkan bukti, bagaimana perubahan halus pada tingkat permukaan laut mempengaruhi kegempaan di Patahan Pasifik Timur, salah satu batas lempeng benua yang menjadi mekar paling cepat.

Para ilmuwan memokuskan perhatian pada lempeng mini Easter - lempeng tektonik yang menghampar di bawah samudera di lepas pantai Pulau Easter - karena lempeng ini relatif terisolir dari sesar-sesar lain.

Fokus ini mempermudah upaya membedakan perubahan-perubahan dalam lempeng tektonik yang terjadi karena sistem iklim, dari yang tercipta akibat tumbukan.

Sejak 1973, datangnya gelombang El Nino setiap sekian tahun berkorelasi dengan frekuensi gempa bawah laut berkekuatan magnituda 4 dan 6.

Ilmuwan yakin, kemunculan El Nino dan terjadinya gempa bawah laut itu berkaitan. El Nino menaikkan permukaan air laut sampai puluhan centimeter. Ilmuwan juga yakin berat air ekstra bisa meningkatkan tekanan aliran fluida dalam pori-pori batuan dasar laut.

Tekanan ini cukup menetralisir energi geseran yang menyangga batuan agar tetap di tempatnya, sehingga sesar-sesar menjadi mudah bergeser. "Perubahan pada tingkat permukaan laut terjadi pelan dan usikan kecil saja bisa berdampak luar biasa besar," kata Day.

Letusan Vulkanik

Perubahan kecil di samudera itu juga dapat mempengaruhi letusan vulkanik, sambung David Pyle dari Universitas Oxford.

Setelah meneliti letusan-letusan vulkanik dalam 300 tahun terakhir, Pyle menilai karakter vulkanisme (aktivitas vulkanik) berbeda-beda, tergantung musim.

Katanya, letusan vulkanik di seluruh dunia 20 persen lebih sering terjadi di musim dingin (belahan bumi utara) ketimbang di musim panas.

Itu karena tingkat permukaan air laut global turun perlahan selama musim dingin, dan berhubung daratan lebih banyak di belahan utara, maka air menjadi lebih banyak membeku menjadi es dan salju selama musim dingin (belahan selatan).

Sementara itu, kebanyakan gunung api teraktif di dunia hanya puluhan kilometer dari pantai. Ini menunjukkan, penyusutan bobot samudera di tepi benua yang terjadi secara musiman akibat menurunnya permukaan air laut, bisa memicu letusan vulkanik di seluruh dunia, ulas Pyle.

Pandangan tentang beberapa gunung api meletus saat permukaan air laut turun, tak berarti naiknya permukaan laut akibat perubahan iklim, akan menekan aktivitas vulkanik.

Di Alaska, Gunung Pavlof lebih sering meletus pada bulan-bulan di musim dingin, sementara penelitian awal Steve McNutt dari Observatorium Gunung Api menyimpulkan, naiknya permukaan laut 30 cm setiap musim dingin, terjadi karena rendahnya tekanan udara dan kuatnya gelombang badai.

Lokasi Gunung Api Pavlof berada menunjukkan, bobot tambahan di samudera terdekat bisa menekan magma ke permukaan.

Di wilayah lain, berat estra samudera saat tingkat permukaan laut naik, bisa melengkungkan kerak bumi dan mengurangi pemampatan sehingga magma menjadi lebih mudah mencapai permukaan di gunung-gunung api terdekat, kata McGuire.

Semua contoh itu agaknya saling bertentangan, namun intinya setiap perubahan permukaan laut bisa mengubah tekanan di tepi benua yang cukup untuk memicu letusan gunung berapi yang sudah siap meletus, kata McGuire.

Perubahan kecil dalam curah hujan bisa juga memicu letusan vulkanik. Pada 2001, letusan besar di gunung api Soufriere Hills di Pulau Montserrat di Karibia terjadi karena tingginya curah hujan.

Curah hujan yang tinggi ini menggoyahkan kubah gunung api hingga cukup untuk memuntahkan magma dalam perut gunung api.

Kini, hujan tropis tampaknya sudah umum dianggap bisa memicu letusan gunung api, sedangkan menurut model ilmiah iklim, banyak kawasan, termasuk daerah tropis, bertambah panas akibat perubahan iklim.

Adrian Matthews dari Universitas East Anglia dan para koleganya, meneliti respons menit ke menit gunung berapi Montserrat setelah dikenai lebih dari 200 rangsangan selama tiga tahun. Tim peneliti menemukan, respons itu terlihat dari meningkatnya aktivitas vulkanik selama dua hari.

Hujan harian meningkatkan kemungkinan keroposnya kubah gunung api dari 1,5 sampai 16 persen sehingga tak perlu menunggu hujan besar. "Anda juga tak perlu badai (untuk menggerogoti kubah gunung)," kata Matthews.

Lapisan Es

Mungkin hambatan geologis terbesar selama perubahan iklim adalah dampak mencairnya lapisan es. Di samping risiko bahwa sedimen-sedimen goyah yang muncul karena es mencair bisa menyelinap masuk laut sebagai longsor pemicu tsunami, tanggalnya lapisan es juga bisa memicu letusan gunung api.

"Bahkan penciutan (lapisan es) puluhan sentimeter saja sudah cukup menciptakan perubahan," kata Andrew Russell dari Universitas Newcastle.

Contohnya glasier Vatnajokull di Islandia yang berdiri di atas batas lempeng dan sejumlah gunung api yang kemungkinan sirna dua abad nanti. "Jika itu sirna, Anda mesti berjuang membunuh kengerian dari membesarnya beban (samudera) yang akan meningkatkan aktivitas vulkanik," kata Russell.

Di awal zaman es terakhir, aktivitas vulkanik di Islandia utara meningkat hingga 30 kali lebih besar dibandingkan sekarang. Dan jika nanti gunung-gunung api di belahan utara yang tertutup es itu meletus, maka hamburan letusan akan menebari dunia.

Ilustrasinya terjadi pada 1783 saat Gunung Berapi Laki di Islandia memuntahkan debu belerang ke seluruh Eropa sehingga benua ini mengalami satu musim dingin maut yang membunuh ribuan orang.

Saat ini memang belum jelas berapa besar perubahan iklim akan memengaruhi frekuensi dan intensitas gempa bumi serta letusan gunung api mengingat kepekaan Planet Bumi terhadap iklim baru teramati intens belakangan ini.

Selain itu, belum cukup data untuk menciptakan model pemrakira cuaca yang mengaitkan kedua sistem. "Tapi yang pasti, aksi manusia semakin mudah memprovokasi Planet Bumi," kata McGuire.