Selasa, 13 Oktober 2009

Gempa Mahadasyat Bukan Ancaman Buat Rumah Panggung?

Tidak dapat dipungkiri bahwa gempa bumi adalah sebuah fenomena alam yang sering membawa malapetaka kepada umat manusia. Jutaan nyawa manusia telah menjadi korban akibat kedasyatan gempa bumi. Bahkan, meyebabkan lenyapnya peradaban manusia. Bencana gempa merupakan fenomena alam yang tidak seorangpun manusia dapat memastikan kapan tibanya suatu gempa. sampai dengan awal abad ke-21 para ilmuwan belum mampu menemukan suatu alat yang dapat memastikan kapan gempa akan terjadi.

Para ahli telah mencatat lebih dari l4 kali gempa dasyat telah terjadi di seluruh belahan bumi. Pada tahun 1960, gempa mahadasyat telah memporak-porandakan chile setelah guncangan 9.5 mangitudo yang terjadi saat itu. Berikut ini daftar gempa terdasyat sejak 1990 yang pernah dicatat oleh para ahli.

1. Chile, pada tanggal 22 o5 1960, dengan mangitudo 9.5
2. Prince William Sound,Alaska, pada tanggal 28 03 1964, dengan mangitudo 9.2
3. Off the West Coast of Northern,Sumatra, pada tanggal 29 12 2004 9.1
4. Kamchatka, pada tanggal 04 11 1952, dengan mangitudo 9.0

5. Off the Coast, of Ecuador, pada tanggal 01 31 1906, dengan mangitudo 8.8
6. Rat Islands, Alaska, pada tanggal 04 02 1965, dengan mangitudo 8.7
7. Northern Sumatra, Indonesia, pada tanggal 28 03 2005, dengan mangitudo 8.6
8. Assam - Tibet, pada tanggal 15 08 1950, dengan mangitudo 8.6
9. Andreanof Islands, Alaska, pada tanggal 03 09 1957, dengan mangitudo 8.6
10. Southern Sumatra,Indonesia, pada tanggal 12 09 2007, dengan mangitudo 8.5
11. Banda Sea, Indonesia, pada tanggal 01 02 1938,dengan mangitudo 8.5
12. Kamchatka, pada tanggal 03 02 1923, dengan mangitudo 8.5
13. Chile-Argentina Borde, pada tanggal 11 11 1922, dengan mangitudo 8.5
14. Kuril Islands, pada tanggal 13 10 1963, dengan mangitudo 8.5

Dari data diatas dapat disimpulkan negara Indonesia adalah negara yang paling sering terkena gempa dengan mangitude diatas 8. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia merupakan jalur pertemuan tiga lempeng tektonik besar dunia yaitu, lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan lempeng Pasific. Tidak dapat dibayangkan bagaimana Indonesia sanggup bertahan dengan guncangan gempa dasyat tersebut. Walaupun hal ini telah sering terjadi, ternyata banyak masyarakat Indonesia yang tidak pernah belajar dari pengalaman. Seringkali masyrakat Indonesia harus menderita karena bencana gempa. Rumah hancur, harta benda hilang, cacat fisik, trauma, bahkan banyak yang tewas karena bencana gempa yang sering melanda.

Hunian masyarakat Indonesia yang dulunya kebanyakan dalam bentuk rumah panggung perlahan-lahan telah ditinggalkan para generasi kini. Masyarakat Indonesia tidak menyadari bahwa rumah panggung yang merupakan warisan dari leluhur adalah peninggalan yang sangat berharga. Kearifan leluhur telah terabaikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa rumah panggunglah hunian yang paling sesuai buat masyarakat Indonesia sebagai daerah yang rawan gempa. Entah karena kebetulan atau karena pengalaman yang panjang akan bencana gempa atau karena ada nilai budaya yang tinggi para leluhur membangun rumah panggung. Luar biasa memang, berkali-kali gempa dasyat terjadi di Indonesia hampir tidak pernah ditemui rumah panggung yang hancur terkena gempa walaupun sangat dekat dengan titik gempa. Setelah diteliti para ahli ternyata rumah panggung yang perlahan-lahan ditinggalkan sebagian besar masyarakat indonesia itu tahan dengan gempa sampai mangitudo 10. Tidak dapat dibayangkan apa yang terjadi dengan indonesia jika terjadi gempa sedasyat itu.

Ilmu Arsitektur juga telah berkembang dengan sangat pesat. Akan sangat berguna jika para arsitek kembali menggunakan konsep rumah panggung buat masyarakat Indonesia dengan design yang lebih modern pula. Kedepannya lagi Indonesia harus lebih tanggap terhadap bencana gempa bumi. Jangan sampai peristiwa Gempa bumi Aceh yang disertai tsunami dan gempa bumi Padang yang telah merenggut banyak jiwa terulang kembali.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar